SELAMAT datang di dunia di mana UKT (Uang Kuliah Tunggal) terasa seperti biaya hidup di planet lain. Mari kita bicara soal topik yang dekat dengan hati (dan kantong) kita sebagai mahasiswa: biaya kuliah yang semakin menggila. Apakah ini semacam cara untuk membuat kita berutang selamanya atau memang hanya cerminan ekonomi yang makin tak terjangkau? Yuk, kita bahas.

Pertama-tama, mari kita akui satu hal: kuliah itu mahal. Orang tua kita dulu bisa kuliah dengan bekal hasil kebun belakang rumah. Sekarang? Kita perlu usaha sampingan setara bisnis start-up untuk sekadar bayar satu semester.

Tapi, tunggu dulu. Kenapa bisa mahal banget? Ada banyak alasan yang bisa diangkat. Salah satunya adalah inflasi. Inflasi bukan hanya meroketkan harga cabai, tapi juga biaya kuliah. Tapi pertanyaannya, apakah kualitas pendidikan kita meningkat seiring dengan kenaikan UKT? Rasanya sih, belum tentu.

Coba lihat kampus kita. Apa yang kita lihat? Gedung-gedung tua dengan cat mengelupas, koneksi wifi yang lebih sering hilang daripada ada, dan dosen yang misterius menghilang sebelum kelas selesai. Semua ini seharusnya tidak menelan biaya lebih dari pembangunan gedung pencakar langit. Jadi, uang kita kemana?

Beberapa kampus bilang biaya ini untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas pendidikan. Tapi, sering kali peningkatan itu hanya terasa di laporan tahunan, bukan di kehidupan nyata. Bukankah kita berhak tahu kemana uang kita digunakan?

Selain itu, banyak dari kita harus bekerja paruh waktu untuk bisa bertahan. Mengurus tugas kuliah saja sudah memakan waktu dan energi, apalagi ditambah kerja part-time dengan gaji yang lebih kecil dari biaya parkir kampus. Hidup memang penuh tantangan, tapi kalau kuliah menjadi beban yang tak kunjung usai, apakah masih worth it?

Sebagai generasi muda, kita perlu bersuara. Bukan cuma mengeluh di media sosial, tapi juga menuntut perubahan nyata. Kampus seharusnya jadi tempat belajar dan berkembang, bukan mesin uang yang memeras mahasiswa. Kita perlu lebih banyak diskusi, transparansi, dan kepedulian dari pihak kampus.

Buat kalian yang masih berjuang dengan biaya kuliah, ingatlah bahwa kita tidak sendirian. Kita adalah generasi kreatif, penuh ide, dan bersemangat juang tinggi. Siapa tahu, suatu hari nanti kita bisa menemukan cara membuat kuliah lebih terjangkau, atau bahkan gratis. Hingga saat itu tiba, mari terus bersuara dan berjuang bersama.

Jadi, UKT: uang kuliah atau uang hilang di labirin kampus? Anda yang menentukan. Yang jelas, perjuangan kita belum berakhir. Tetap semangat, teman-teman!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *